Senin, 23 Januari 2017

Kisah Perjuangan Hilman Hadikusumah

Hilman Hadikusumah

Nama Hilman Hadikusumah bagi masyarakat Lampung khususnya dan bagi dunia pendidikan dan kebudayaan pada umumnya sudah sangat dikenal dan bahkan mungkin dapat dikatakan sangat popular, dari segi pribadinya maupun dari buku-buku yang ditulis buah pemikirannya.
Hilman Hadikusumah atau yang sekarang dikenal dengan Prof. Hilman Hadikusumah, SH. adalah salah seorang tokoh pendiri Universitas Lampung (UNILA), seorang tokoh di bidang pendidikan, keudayaan, hokum, sejarah, agama Islam dan juga di bidang sastra Lampung. Tentu amatlah luas jika harus dipaparkan keseluruhan kemampuan dan kebiasaannya.
Tidak banyak yang tahu bahwa beliau juga salah seorang yang aktif di masa perang kemerdekaan. Kadar dan intensitas perjuangan seeorang bagi negara Republik Indonesia yang kita cintai ini tidaklah dapat diukur dari segi terebut, sebab setiap insan Indonesia yang ikut menyumbangkan dharma bhaktinya bagi terwujudnya negara kita ini adalah pejuang kemerdekaan.
Hilman Hadikusumah mulai aktif di bidang kemiliteran sejak dibentuknya Resimen III di Lampung pada akhir tahun 1945. 
Hilman yang merupakan putera kelahiran Menggala mengenyam pendidikan di HIS (Holland Inlandsche School, sebuah sekolah dengan pengantar berbahasa Belanda) yang memberi bekal kemampuannya memahami buku-buku berbahasa Belanda.
Hilman Hadikusumah lahir pada tanggal 9 Juli 1927, di Menggala dan merupakan putera seorang pegawai gubernuran.
Pendidikannya di HIS ditempuhnya di HIS Gubernemen di Menggala dan kemudian pindah HIS Muhammadiyah di Kotabumi dan kemudian berpindah lagi ke HIS Arjuna di Tanjungkarang.
Ketika zaman Jepang, tidak banyak yang dapat diutarakan dari tokoh ini, karena Hilman baru berusia sekitar 15 tahun. Ketika proklamasi kemerdekaan tangal 17 Agustus 1945, maka mulai aktiflah Hilman dalam perjuangan.
Pada waktu di Lampung Utara dibentuk Batalyon IV di bawah Kapten Masadi (kakak kandung Mayor Sukardi Hamdani) sebagai salah satu Resimen III di Lampung yang terdiri dari 6 Batalyon, maka sejak tanggal 1 Februari 1946 Hilman diangkat sebagai Sersan Klas I pada staf Batalyon IV.
Kemudian pada bulan Maret 1946 Kapten Masadi ditarik ke Resimen sebagai Kepala Bagian Siasat dan Sersan Hilman ikut ke Resimen III.
Sejak Juni 1947 pangkatnya dinaikkan menjadi Sersan Mayor dengan jabatan tetap di bagian intel, di bawah pimpinan Lettu Suparman. Pada waktu Agresi Militer Belanda I di Sumatera Selatan, Hilman di kirim untuk latihan  intel di Tanjung Enim bersama Serma Mirhan dan Letda Hutabarat. Selesai mengikuti latihan Seram Hilman dan Serma Mirhan ditempatkan di Palembang, karena mereka berdua yang bias berbahasa Belanda.
Tugas di Palembang tidak dapat berlanjut, lalu Hilman pulang ke Lampung, karena Palembang saat itu diduduki Belanda.
Pada waktu Agresi 1 Hilman ikut di garis depan di Martapura. Setelah Martapura diduduki Belanda dan tercapai perjanjian Renville, Hilman kemudian ditarik lagi ke Lampung. Kemudian Hilman di tempatkan di Komando Militer Kota (KMK) di bawah pimpinan Mayor NS. Effendy.
Ketika pecah Agresi Militer Belanda II Serma Hilman ikut mundur ke Pringsewu dan di sana bersama Mayor Sukardi Hamdani dan Kapten Masadi membentuk pasukan Tanggamus Barisan yang tidak memiliki basis  yang tetap. Dari Pingsewu menuju ke Ulubelu, Bukit Kemuning terus Menggala. Pada waktu Letnan Adenan gugur disergap Belanda, regu Hilman berada di sana.
Setelah persetujuan Roem-Rojen, regu Hilman ada diTanjung Iman dan kemudian dipindahkan oleh Belanda ke Ketapang, yang merupakan daerah yang dikuasai Republik.
Karir pendidikan dan pekerjaan dimulai di Jakarta sebagai juru tik di kantor Kepolisian. Sambil belajar akhirnya Hilman dapat menamatkan pendidikan SMA nya tahun 1953. Pekerjaannya berpindah-pindah dari Kantor Statistik ke Kantor Kehakiman. Setelah ayahnya meninggal dunia dan Hilman menikah tahun 1957 terus kembali ke Jakarta kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Tahun 1959 atas ajakan Nadirsyah Zaini MA. Hilman pulang ke Lampung dan mempersiapkan pendirian Universitas Lampung.
Pekerjaan Hilman berhenti dari Kantor Kehakiman Jakarta dan pindah sebagai Kepala Sekretariat Fakultas Ekonomi Hukum Soial (P3SLF) Lampung.
Hilman banyak berkecimpung dalam mendirikan UNILA, dan dari sinilah yang bersangkutan mendapatkan gelar SH. Sedangkan gelar Profesor ia dapat pada tahun 1985, dan sempat menunaikan ibadah haji di tahun tersebut.
Perjuangan Hilman di bidang politik, kebudayaan, dan pendidikan sangatlah besar. Hingga saat ini karya-karya beliau dalam bentuk buku masih dapat kita nikmati bersama. Dialah salah satu tokoh lokal yang telah berhasil mengharumkan nama Lampung.

Sumber:
Untaian Bunga Rampai Perjuangan di Lampung: Buku Harian Daerah Angkatan ‘45