Hilman Hadikusumah |
Nama Hilman Hadikusumah bagi masyarakat Lampung khususnya dan bagi dunia pendidikan dan kebudayaan pada umumnya sudah sangat dikenal dan bahkan mungkin dapat dikatakan sangat popular, dari segi pribadinya maupun dari buku-buku yang ditulis buah pemikirannya.
Hilman Hadikusumah
atau yang sekarang dikenal dengan Prof. Hilman Hadikusumah, SH. adalah salah
seorang tokoh pendiri Universitas Lampung (UNILA), seorang tokoh di bidang
pendidikan, keudayaan, hokum, sejarah, agama Islam dan juga di bidang sastra
Lampung. Tentu amatlah luas jika harus dipaparkan keseluruhan kemampuan dan
kebiasaannya.
Tidak banyak yang
tahu bahwa beliau juga salah seorang yang aktif di masa perang kemerdekaan.
Kadar dan intensitas perjuangan seeorang bagi negara Republik Indonesia yang
kita cintai ini tidaklah dapat diukur dari segi terebut, sebab setiap insan
Indonesia yang ikut menyumbangkan dharma bhaktinya bagi terwujudnya negara kita
ini adalah pejuang kemerdekaan.
Hilman Hadikusumah
mulai aktif di bidang kemiliteran sejak dibentuknya Resimen III di Lampung pada
akhir tahun 1945.
Hilman yang
merupakan putera kelahiran Menggala mengenyam pendidikan di HIS (Holland
Inlandsche School, sebuah sekolah dengan pengantar berbahasa Belanda) yang memberi
bekal kemampuannya memahami buku-buku berbahasa Belanda.
Hilman Hadikusumah
lahir pada tanggal 9 Juli 1927, di Menggala dan merupakan putera seorang
pegawai gubernuran.
Pendidikannya di
HIS ditempuhnya di HIS Gubernemen di Menggala dan kemudian pindah HIS
Muhammadiyah di Kotabumi dan kemudian berpindah lagi ke HIS Arjuna di
Tanjungkarang.
Ketika zaman
Jepang, tidak banyak yang dapat diutarakan dari tokoh ini, karena Hilman baru
berusia sekitar 15 tahun. Ketika proklamasi kemerdekaan tangal 17 Agustus 1945,
maka mulai aktiflah Hilman dalam perjuangan.
Pada waktu di
Lampung Utara dibentuk Batalyon IV di bawah Kapten Masadi (kakak kandung Mayor
Sukardi Hamdani) sebagai salah satu Resimen III di Lampung yang terdiri dari 6
Batalyon, maka sejak tanggal 1 Februari 1946 Hilman diangkat sebagai Sersan
Klas I pada staf Batalyon IV.
Kemudian pada
bulan Maret 1946 Kapten Masadi ditarik ke Resimen sebagai Kepala Bagian Siasat
dan Sersan Hilman ikut ke Resimen III.
Sejak Juni 1947
pangkatnya dinaikkan menjadi Sersan Mayor dengan jabatan tetap di bagian intel,
di bawah pimpinan Lettu Suparman. Pada waktu Agresi Militer Belanda I di
Sumatera Selatan, Hilman di kirim untuk latihan
intel di Tanjung Enim bersama Serma Mirhan dan Letda Hutabarat. Selesai
mengikuti latihan Seram Hilman dan Serma Mirhan ditempatkan di Palembang,
karena mereka berdua yang bias berbahasa Belanda.
Tugas di Palembang
tidak dapat berlanjut, lalu Hilman pulang ke Lampung, karena Palembang saat itu
diduduki Belanda.
Pada waktu Agresi
1 Hilman ikut di garis depan di Martapura. Setelah Martapura diduduki Belanda
dan tercapai perjanjian Renville, Hilman kemudian ditarik lagi ke Lampung.
Kemudian Hilman di tempatkan di Komando Militer Kota (KMK) di bawah pimpinan
Mayor NS. Effendy.
Ketika pecah
Agresi Militer Belanda II Serma Hilman ikut mundur ke Pringsewu dan di sana
bersama Mayor Sukardi Hamdani dan Kapten Masadi membentuk pasukan Tanggamus
Barisan yang tidak memiliki basis yang
tetap. Dari Pingsewu menuju ke Ulubelu, Bukit Kemuning terus Menggala. Pada
waktu Letnan Adenan gugur disergap Belanda, regu Hilman berada di sana.
Setelah
persetujuan Roem-Rojen, regu Hilman ada diTanjung Iman dan kemudian dipindahkan
oleh Belanda ke Ketapang, yang merupakan daerah yang dikuasai Republik.
Karir pendidikan dan
pekerjaan dimulai di Jakarta sebagai juru tik di kantor Kepolisian. Sambil
belajar akhirnya Hilman dapat menamatkan pendidikan SMA nya tahun 1953.
Pekerjaannya berpindah-pindah dari Kantor Statistik ke Kantor Kehakiman.
Setelah ayahnya meninggal dunia dan Hilman menikah tahun 1957 terus kembali ke
Jakarta kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Tahun 1959 atas
ajakan Nadirsyah Zaini MA. Hilman pulang ke Lampung dan mempersiapkan pendirian
Universitas Lampung.
Pekerjaan Hilman
berhenti dari Kantor Kehakiman Jakarta dan pindah sebagai Kepala Sekretariat
Fakultas Ekonomi Hukum Soial (P3SLF) Lampung.
Hilman banyak
berkecimpung dalam mendirikan UNILA, dan dari sinilah yang bersangkutan
mendapatkan gelar SH. Sedangkan gelar Profesor ia dapat pada tahun 1985, dan
sempat menunaikan ibadah haji di tahun tersebut.
Perjuangan Hilman
di bidang politik, kebudayaan, dan pendidikan sangatlah besar. Hingga saat ini
karya-karya beliau dalam bentuk buku masih dapat kita nikmati bersama. Dialah
salah satu tokoh lokal yang telah berhasil mengharumkan nama Lampung.
Sumber:
Untaian Bunga Rampai Perjuangan di Lampung: Buku Harian Daerah
Angkatan ‘45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar